Kalau kamu ngikutin dunia handheld PC gaming, nama SteamDeck dan ROG Ally pasti udah nggak asing lagi. Nah, tahun ini ASUS bikin gebrakan baru dengan meluncurkan ROG Xbox Ally, handheld gaming yang jadi hasil kolaborasi bareng Microsoft. Tapi menariknya, meskipun tampilannya futuristik dan performanya ngebut, secara chipset, perangkat ini masih satu generasi sama kayak SteamDeck LCD, yaitu sama-sama berbasis arsitektur AMD Zen 2 + RDNA 2.
Masih di Generasi yang Sama, Tapi Beda Rasa
Kalau dilihat di atas kertas, SteamDeck LCD dan ROG Xbox Ally sama-sama pakai kombinasi CPU Zen 2 dengan GPU RDNA 2. Tapi ASUS main di ranah yang sedikit lebih agresif , frekuensi clock lebih tinggi (bisa tembus 3,8GHz), sistem pendingin yang lebih efisien, dan RAM LPDDR5 6400 MT/s yang sedikit lebih cepat. Dampaknya, performa gaming-nya bisa lebih stabil di game-game modern yang butuh tenaga ekstra.
Beda paling terasa justru di layar. Steam Deck masih mentok di resolusi 1280×800 dengan refresh rate 60Hz, sedangkan ROG Xbox Ally udah naik kelas ke 1080p 120Hz, kecerahan 500 nits, dan dukungan FreeSync. Buat gamer yang doyan main shooter atau racing game, perbedaan ini langsung kerasa. Gerakan di layar jadi jauh lebih halus, dan warnanya lebih cerah.
Windows vs SteamOS: Pilih Bebas atau Simpel?
Dari sisi software, di sinilah ROG Xbox Ally dan Steam Deck punya filosofi yang beda banget. Steam Deck masih pakai SteamOS berbasis Linux, yang optimalkan performa untuk game-game Steam aja. ROG Xbox Ally malah pakai Windows 11 Home, jadi kamu bebas mainin game dari Epic Games Store, Xbox Game Pass, atau Battle.net tanpa repot pakai emulator.
Dulu, ada masalah fleksibilitas. Terutama di Handheld Windows yang kadang ribet urusan update dan butuh penyesuaian manual untuk TDP atau performa baterai. Tapi sekarang harusya sih sudah sama-sama simple, karena ROG Xbox Ally sudah mengadopsi UI Xbox Full Screen Experience yang bisa dibilang sudah mendekati Steam OS di mode game.
Namun demikian, kalau kamu maunya “nyalain langsung main,” Steam Deck masih sedikit lebih user-friendly. Tapi ini harus dibayar dengan kompatibilitas game yang tidak seluas ROG Xbox Ally. Bahkan library Steam saja tidak semua bisa berjalan di Steamdeck, sementara di ROG Xbox Ally semuanya bisa dibilang playable.
Hal ini biasanya terkait dengan softaware anticheat yang belum didukung oleh Linux yang menjadi basis dari Steam OS. Jadi, wajar apabila game-game semisal EAFC atau FIFA, Call of Duty, dan game multiplayer populer lain, tidak bisa berjalan di Steam Deck.
Daya Tahan dan Mobilitas: Siapa yang Lebih Tahan Banting?
Soal baterai, ASUS kasih ROG Xbox Ally dengan kapasitas 60Wh, jauh di atas Steam Deck yang cuma 40Wh. Tapi bukan berarti otomatis lebih awet, karena layar Full HD 120Hz jelas haus daya lebih besar. Realitanya, di mode performa tinggi, dua-duanya bisa habis dalam 1–2 jam main game berat kayak Cyberpunk 2077.
Namun, buat sesi kasual atau streaming lewat cloud gaming (misalnya GeForce Now atau Xbox Cloud Gaming), Ally bisa tahan lebih lama karena efisiensi APU-nya cukup oke.
Jadi, ROG Xbox Ally Untuk Siapa?
Kalau kamu tipe gamer fleksibel, yang pengen handheld gaming tapi dengan kebebasan install aplikasi apa aja kayak PC, ROG Xbox Ally adalah pilihan pas. Cocok juga buat content creator atau reviewer yang sering uji berbagai game dari launchers berbeda.
Tapi kalau kamu nyari handheld yang praktis, efisien, dan “nyalain langsung main”, Steam Deck (terutama versi OLED) masih jadi opsi terbaik.
Intinya, ROG Xbox Ally itu bukan pengganti Steam Deck, tapi alternatif buat gamer yang pingin the Windows experience in your hands. Handheld ini cocok buat mereka yang nggak mau dikotak-kotakin oleh satu ekosistem aja.






