Sudah diumumkan sebelumnya bahwa Nintendo Switch 2 bakal bisa ngejalanin game-game Nintendo Switch pertama yang mana hal ini merupakan sesuatu yang penting, sambil menunggu perpustakaan game native terus berkembang. Hal sama yang dilakukan PS5 dan XBOX Series X. Tapi yang menjadi menarik adalah pendekatan Nintendo dalam mewujudkannya yakni dengan menggunakan emulator.
Nintendo Switch 2 tidak mengandalkan backward compatibility murni berbasis hardware seperti konsol generasi sebelumnya, melainkan menggunakan solusi hybrid antara software emulator dan hardware compatibility. Metode ini disebut sebagai “translation layer” yang bekerja secara real-time saat data game Switch 1 dijalankan di Switch 2. Hal ini berbeda dengan pendekatan lama di mana konsol baru menyertakan chip hardware lama agar bisa menjalankan game lawas secara native.
Proses backward compatibility di Switch 2 memungkinkan sebagian besar game Switch 1 (lebih dari 15.000 judul) bisa dimainkan baik secara fisik maupun digital, dengan hanya beberapa pengecualian seperti Nintendo Labo Toy-Con 04: VR Kit yang tidak kompatibel karena perubahan ukuran fisik konsol. Beberapa aplikasi streaming seperti Hulu, Crunchyroll, dan InkyPen juga tidak didukung.
Sebagai perbandingan, metode ini sebenarnya dilakukan oleh konsol lain, tapi terhadap game Dari 2 generasi sebelumnya. Semisal XBOX Series X|S, dia menggunakan teknologi emulasi untuk menjalankan game-game XBOX 360, tapi native untuk XBOX One.
Berdasarkan sebuah ulasan dari akun Youtube Modern Vintage Gamer, backward compatibility Nintendo Switch 2 memang menawarkan pengalaman yang sangat baik secara umum, namun tetap ada sejumlah masalah dan keterbatasan yang perlu diperhatikan.
Masalah dan Keterbatasan Backward Compatibility Switch 2
- Kualitas Visual Terbatas pada Game Switch 1
- Game Switch 1 yang dijalankan di Switch 2 tetap menggunakan resolusi asli mereka, baik di mode handheld maupun docked. Artinya, game yang awalnya berjalan di 540p atau 368p akan tetap tampil di resolusi tersebut di layar Switch 2 yang lebih besar, sehingga efek “kabur” atau “Vaseline” lebih terlihat jelas, terutama pada game seperti Xenoblade Chronicles.
- Tidak ada peningkatan resolusi internal atau penerapan DLSS untuk game Switch 1 yang dijalankan via backward compatibility, kecuali game tersebut mendapatkan patch khusus Switch 2. Menariknya patch khusus ini dijual alias tidak gratis dengan harga sekitar 10 USD atau 150 ribuan.
- Masalah Screen Tearing dan Visual Artefak
- Pada beberapa game seperti Borderlands 3, meskipun frame rate meningkat signifikan (dari 30-45 fps menjadi locked 60 fps), muncul masalah screen tearing yang cukup mengganggu.
- Ada juga artefak visual berupa “strobing” pada geometri background di Borderlands 3, terutama pada adegan malam hari. Masalah ini kemungkinan besar disebabkan oleh lapisan kompatibilitas software yang belum sempurna.
- Game CPU-Bound Tidak Mendapat Peningkatan Signifikan
- Game yang sangat membebani CPU (misal Dragon Quest Builders 2) tidak mendapat peningkatan performa sebesar game yang bottleneck-nya di GPU.
- Peningkatan performa pada game CPU-bound hanya sekitar 10-15 fps, sehingga game tetap terasa kurang optimal jika dibandingkan dengan game yang sudah dioptimalkan untuk Switch 2.
- Tidak Ada Peningkatan Fitur Visual
- Fitur visual seperti anti-aliasing, dynamic resolution, atau efek khusus tetap menggunakan implementasi asli game Switch 1.
- Kualitas tekstur dan efek cahaya juga tidak meningkat, kecuali ada patch khusus dari developer.
- Kompatibilitas dan Bug
- Meskipun sebagian besar game berjalan dengan baik, masih ada beberapa game yang mengalami bug atau masalah kompatibilitas, terutama pada game yang membutuhkan fitur hardware khusus.
Masih Bisa Berubah
Nintendo sendiri mengakui bahwa backward compatibility masih dalam tahap pengembangan dan membutuhkan banyak pengujian serta pembaruan firmware untuk meningkatkan kompatibilitas dan memperbaiki bug.
Dengan demikian kita masih bisa berharap akan ada perbaikan di sisi kompatibilitas ini ke depannya. Menjadi alasan tambahan untuk mereka yang memilih menahan diri untuk tidak membeli di day atau month pertama.